Konsep dari daerah ke pusat adalah prinsip utama mengapa BAPOMI secara efektif mengkoordinasikan kegiatan olahraga berjenjang di kalangan mahasiswa. Sistem yang terstruktur ini memastikan bahwa bakat-bakat dari seluruh pelosok negeri dapat terdeteksi, diasah, dan memiliki jalur yang jelas untuk berkompetisi di level tertinggi nasional. Ini adalah model pembinaan yang inklusif dan berkelanjutan.
Bagaimana BAPOMI mengkoordinasikan kegiatan olahraga berjenjang dengan pendekatan dari daerah ke pusat? Dimulai dari tingkat paling bawah: kampus dan kabupaten/kota. BAPOMI Provinsi mendorong perguruan tinggi di wilayahnya untuk mengadakan kompetisi internal. Pemenang dari kompetisi ini kemudian akan bertanding di tingkat kabupaten/kota, lalu berlanjut ke tingkat provinsi. Dari sinilah, atlet-atlet terbaik akan terpilih untuk mewakili provinsi mereka di Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (POMNAS), yang merupakan ajang puncak di tingkat nasional. Contohnya, seorang mahasiswa dari universitas di daerah terpencil memiliki kesempatan yang sama untuk bertanding di POMNAS asalkan ia melewati seleksi ketat di tingkat daerah dan provinsi yang dikoordinasikan BAPOMI. Sebuah laporan internal BAPOMI pada Juni 2025 menunjukkan bahwa sistem berjenjang ini telah berhasil menjaring atlet dari lebih dari 200 kabupaten/kota di seluruh Indonesia.
Lebih lanjut, BAPOMI mengkoordinasikan kegiatan olahraga berjenjang juga berarti adanya standar yang seragam di setiap tingkatan. BAPOMI Pusat mengeluarkan pedoman dan peraturan yang harus diikuti oleh BAPOMI Provinsi dan pengelola olahraga di universitas. Ini memastikan bahwa kualitas kompetisi dan proses seleksi tetap terjaga, dari daerah ke pusat. Dengan demikian, BAPOMI mengkoordinasikan kegiatan olahraga berjenjang tidak hanya menciptakan alur kompetisi yang jelas, tetapi juga memastikan bahwa sistem dari daerah ke pusat ini berjalan adil, efisien, dan efektif dalam mengidentifikasi serta mengembangkan talenta-talenta olahraga mahasiswa Indonesia.